Untuk kali
ini saya menulis blog bukan karena si A tapi lebih dikarenakan menyalurkan
emosi saya. J karena saya sedang depresi, kali ini
saya akan menulis sebuah kisah yang saya dapat dari sebuah buku kumpulan cerita
islam. Mari simak ceritanya. J
Ceritanya
dimulai dari seorang pemuda yang jujur dan bertaqwa, akan tetapi dia sangat
lugu. Suatu ketika dia belajar kepada seorang syaikh. Setelah sekian lama
pemuda ini menuntut ilmu, pemuda ini dan murid-murid yang lain mendapat nasihat
dari syaikh tersebut sebelum meningalkan tempat belajar dan mempraktekkannya dikehidupan
masyarakat umum. “Kalian tidak boleh menjadi beban orang lain. Sesungguhnya orang
alim yang menengadahkan tangannya kepada orang-orang yang berharta, tak ada kebaikan
didalam dirinya. Pergilah kalian semua dan bekerjalah seperti pekerjaan ayah
kalian masing-masing. Bawalah selalu kejujuran dan ketaqwaan kepada allah dalam
menjalan pekerjaan tersebut.”
Maka pergilah
pemuda tadi menemui ibunya seraya bertanya, “Ibu, apakah pekerjaan yang dahulu
ayah kerjakan?”
Sambil bergetar
ibunya menjawab, “Ayahmu sudah meninggal. Apa urusanmu dengan pekerjaan ayahmu?”.
Si pemuda ini terus memaksa sang ibu memberitahunya akan tetapi sang ibu terus
mengelak. Sampai akhirnya ibunya pun jengkel dan berkata, “Ayahmu dahulu adalah
seorang pencuri.”
Pemuda
itu berkata, “Guruku memerintahkan kami para murid-muridnya, untuk bekerja
seperti pekerjaan ayahnya dan dengan ketaqwaan kepada allah dalam menjalankan
pekerjaan tersebut.”
Ibunya pun
menyela, ”Hai, apakah dalam pekerjaan mencuri itu ada ketaqwaan didalamnya?”
Dan pemuda
itu dengan polosnya menjawab, “Ya, begitulah kata guruku.”
Singkat cerita
pemuda ini mencari tahu bagaimana menjadi seorang pencuri. Sampai akhirnya
setelah mendapatkan basic sebagai
pencuri, pemuda ini pun memulai aksinya sebagai pencuri. Setelah menyiapkan
peralatan pendukung pekerjaannya, dia kemudian melaksanakan sholat isya’dan
menunggu sampai semua orang tertidur.
Setelah dikira-kira
semua orang tertidur akhirnya pemuda ini keluar rumah kemudian menjalankan
profesi ayahnya seperti yang diperintahkan oleh gurunya (syaikh). Pemuda ini
memulai pekerjaan pertamanya dengan memilih rumah tetangganya sebagai sasaran
curiannya. Saat hendak masuk kerumah itu, sang pemuda ini pun ingat pesan sang
syaikh agar selalu bertaqwa. Padahal mengganggu tetangga tidaklah termasuk
taqwa. Akhirnya rumah tetangga itu ditinggalkannya. Dan dia melewati rumah lain,
kemudian di berbisik kepada dirinya, ”Ini rumah milik anak yatim, dan allah
memperingatkan agar kita tidak memakan harta anak yatim.”
Kemudian
dia terus berjalan sambil mencari rumah yang ideal sebagi pekerjaannya untuk
mencuri. Sampai akhirnya dia menemukan rumah seorang saudagar kaya yang tidak
ada penjaganya. Orang-orang didaerah itu tau kalau saudagar ini memiliki harta
yang melebihi kebutuhannya. “Ha, ini dia,” gumamnya.
Setelah berhasil
masuk kerumah itu, ternyata rumah itu besar dan memiliki banyak kamar. Kemudian dia
berkeliling diuntuk mencari kamar tempat menyimpan harta. Setelah menemukan
kamarnya, dia menemukan kotak yang berisi emas, perak, uang serta barang berharga lainnya. Dia tergoda
untuk mengambilnya. Lalu di berkata “Eh,
jangan, guruku berpesan agar selalu jujur dan bertaqwa. Barangkali saudagar ini
belum mengeluarkan zakat hartanya. Kalau begitu aku akan keluarkan zakatnya
terlebih dahulu.”
Dia
mengambil buku-buku catatan yang ada dikamar itu dan menghidupkan lentera kecil
yang dibawanya. Sambil membawa buku-buku itu, dia menghitung. Dia memang pandai
berhitung dan cukup berpengalaman dalam hal pembukuan. Dia menghitung semua
hartanya dan memperkirakan zakat yang harus dikeluarkannya. Dia terus
menghitung dan memisahkan harta yang akan dizakatkan.
Sampai pada
akhirnya dia tidak sadar kalau fajar sudah menyingsing. Dia pun bergumam, “Ingat
bertaqwalah kepada allah! Kau harus melaksanakan sholat dahulu!” lalu dia pun
keluar kamar dan berwudhu dan selanjutnya dia melaksanakan sholat sunnah.
Tiba-tiba
orang yang memiliki rumah pun terbangun dan heran, ada lentera kecil yang
menyala di kamar hartanya. Dan pun menghampiri kamar hartanya serta dilihatnya
pula kotak-kotak hartanya sudah terbuka. Saudagar itu juga melihat ada orang
sedang sholat. Istrinya berkata, “Ada apa ini?” di jawab sang saudagar itu, “Demi
allah aku pun tidak tahu.”
Kemudian
saudagar itu mengampiri sang pemuda seraya berkata, “Kurang ajar, Siapa kau dan
apa maksudnya ini?”
Akan tetapi
pemuda itu malah berkata, “Sholat dulu, baru bicara. Ayo pergilah berwudhu lalu
sholat bersama. Tuan rumahlah yang berhak untuk menjadi imam.”
Karena
sang pemilik rumah tersebut khawatir sang pemuda itu membawa senjata, saudagar
beserta istrinya pun menuruti kata-kata pemuda tersebut. Setelah selasai sholat
saudagar itu pun bertanya, “Sekarang ceritakan, siapa kamu dan apa urusanmu
disini.”
Dia pun
menjaawab, “Aku adalah seorang pencuri.”
“Lalu apa
yang kau perbuat dengan buku-buku catatanku ini?” Tanya saudagar lagi.
Sang pemuda
pun menjawab “Aku menghitung zakat yang belum kau keluarkan selama 6 tahun. Dan
sekarang aku sudah menghitungnya sekaligus memisahkannya agar enggaku dapat
memberikannya kepada orang yang berhak.”
Sang saudagar
pun dibuat keheranan oleh jawaban pemuda tersebut dan berkata. “Hey anak muda,
apa kau sudah gila?”. Mulailah sang
pemuda itu menceritakannnya dari awal.
Setelah mendengar
cerita itu sang saudagar menegetahui ketepatan serta kepandaiannya dalam
berthitung ditambah lagi sifatnya yang jujur, sang saudagar pun bergeagas menemui
istrinya dan berunding tentang nasib dari sang pemuda. Akhirnya sang saudagar
itu pun mengajukan permintaan.
“Bagaimana
sekiranya kau aku nikahkan dengan putriku dan aku akan mengangkat engkau
menjadi sekretarisku sekaligus juru hitungku.? Kau juga boleh tinggal di rumah
ini bersama ibumu.”
Pemuda itu
pun menjawab, “Aku setuju”.
Di pagi
itu juga sang saudagar memanggil saksi untuk acara akad nikah putrinya. Mereka akhirnya
hidup bahagia dalam pancaran iman dan taqwa sebagai buah dari kejujurannya.
Yang saya tekankan dari cerita diatas adalah sifat taqwa dan kejujurannya bukan dari kejahatan pemuda tersebut. Semoga para pembaca sekalian dapat mengambil hikmahnya. J